Irama Musik dalam Tulisan

Gambar 1. Partitur musik yang dimainkan dalam sebuah Orkestra

Musik merupakan karya akal dan pikiran manusia yang sangat esensial dan digemari oleh banyak orang. Harmoni dari beberapa paduan suara baik dari alat musik maupun alat bunyi lainnya (termasuk vocal) menghasilkan bunyi yang sangat enak didengar oleh telinga. Namun, untuk menghasilkan alunan melodi tersebut tidak serta merta didapat dengan hanya meniup alat brass dengan kencang, asal pukul perkusi, maupun alat musik lainnya. Di sinilah dibutuhkan sebuah petunjuk dalam bermain musik. Warriors pasti tau nih! Kertas yang berisi garis-garis dan simbol yang menunjukkan cara bermain nada dalam musik. Itulah yang kita sebut sebagai partitur.

Variasi yang ada di dalam sebuah partitur sangat bergantung dari jenis musik yang dimainkan. Secara umum partitur terdiri dari 5 garis memanjang yang disebut garis paranada sebagai tempat perletakan not dan notasi lainnya. Di bagian depan terdapat clef (bass clef atau treble clef) yang mengindikasikan suara not yang dimainkan pada garis paranada. Lalu ada key signature yang menunjukkan pada not apa saja sebuah not tersebut dimainkan sedikit lebih tinggi atau lebih rendah (sharp atau flat). Dan yang terakhir adanya time signature yang menunjukkan banyaknya not yang dimainkan dalam 1 bar. Bar dalam paranada dibagi menggunakan beberapa garis vertikal. Komponen lain yang ada dalam partitur diantaranya tempo yang menunjukkan cepat lambatnya sebuah musik dimainkan dan dinamika yang mengindikasikan seberapa keras sebuah not dimainkan. Keberagaman musik dapat dihasilkan dari paduan unik dari komponen-komponen musik tersebut yang dipadu menjadi sebuah harmoni indah untuk didengar.

Gambar 2. Hurrian Hymn ditulis diatas Clay tablet

Partitur menjadi petunjuk universal yang digunakan oleh musisi untuk memainkan sebuah musik. Musik sudah ada sejak 3,3 juta tahun yang lalu, dimana manusia sering kali meniru suara-suara alam menggunakan suara mereka sendiri. Ide untuk memasukkan musik ke dalam tulisan muncul sejak abad ke-14 dengan ditemukannya sebuah clay tablet yang berisi partitur music tertua dunia dengan nama “Hurrian Hymn”. Lalu cikal bakal partiture modern saat ini ditandai dengan temuan partitur yang di buat oleh seorang Biarawan bernama Guido. Pada tahun 1025, Ketika Guido mengunjungi sebuah biara ia terkejut melihat para penyanyi muda yang kesulitan untuk belajar sebuah nyanyian yang baru. Melihat hal itu ia mencoba untuk membuat sebuah partitur empat baris, bukan lima yang kita gunakan hari ini. Salah satunya ditandai dengan “indikator kunci” mungkin C atau F yang menunjukkan posisi nada tetapnya. Dua dari garis itu akan diwarnai kuning untuk C, dan merah untuk F. Jadi, seperti yang ditulis Guido, siswa muda dapat “mendeteksi tingkat nada dengan lebih baik.” Atau, membaca musiknya tanpa mendengarnya terlebih dahulu.

Gambar 3. Partitur musik karya Guido

Di dalam Grup Marching Band tentunya juga sudah mulai memakai partitur untuk mempermudah dalam bermain musik. Tentu untuk mempelajarinya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namun seiring waktu, mempelajari partitur musik merupakan lompatan besar untuk menjadi seorang musisi. Jadi, jangan bosan untuk belajar musik ya, Warriors!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *